Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menyebut, dengan jumlah anggaran itu dia menargetkan 90 persen vokasi dapat menikah dengan industri.
Nadiem menyebut pernikahan massal yang dimaksud baru serius dan `sah` apabila lulusan vokasi langsung direkrut dan dipekerjakan, melalui skema perjanjian kerja sama.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemdikbud, Wikan Sakarinto berharap program link and match vokasi dan DUDI tersebut jangan sampai hanya sebatas `pacaran`.
Ketiganya ialah Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), dan Program Vokasi Universitas Indonesia (UI).
Ketiga SMK tersebut ialah SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo, yang dikunjungi Wikan dalam rangka inspeksi mendadak (sidak) pekan lalu.
Ketujuh program ini masih merupakan bagian dari upaya pernikahan massal vokasi dan industri, yang berfokus pada penguatan kemitraan serta penyelarasan keduanya, dengan memberikan ruang-ruang interaksi antara PTV dengan Iduka.
Pasalnya, para lulusan belum mampu langsung beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan tidak jarang kurang fokus pada pekerjaan yang diberikan.
Wikan melanjutkan, apabila setiap kawasan industri memiliki satu SMK, maka setidaknya akan ada 98 SMK mitra industri yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pasalnya, dia menemukan banyak produk inovasi karya sekolah dan lembaga vokasi dengan technical readiness level (TRL) yang sudah mencapai skala 8, namun sepi pembeli.
Menurut dia, upaya tersebut dapat mempercepat program pemerintah dalam mengimplementasikan pernikahan massal (link and match), antara dunia pendidikan dengan dunia industri dan dunia kerja (Iduka).